Minggu, 31 Mei 2020

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA (SAPI) DI KELOMPOK TERNAK MEDAS TANI TERNAK BINA INSAN


LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA (SAPI)
DI KELOMPOK TERNAK MEDAS TANI TERNAK BINA INSAN DUSUN RANJOK BARU
DESA RANJOK KECAMATAN GUNUNG SARI
KABUPATEN LOMBOK BARAT



DISUSUN OLEH:
AZIZ LINTANG GUMILAR

(B1D018046)


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
20
20

*****

KATA PENGANTAR

Assalamulaikum wr..wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita taufiq, hidayah, karunia serta nikmat kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Menejemen Ternak Potong dan Kerja (Sapi) yang dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 9 Maret s/d 15 Maret 2020 di Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
Laporan praktikum ini berisi tentang kegiatan praktikum yang telah kami laksanakan. Penyusunan laporan ini dilakukan untuk melengkapi tugas praktikum sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Menejemen Ternak Potong dan Kerja.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
  • 1.      Bapak Ir. Happy Purwoto, MP. sebagai koordinator praktikum yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran-saran dalam pelaksanaan praktikum.
  • 2.      Semua Dosen pengajar Mata Kuliah Menejemen Ternak Potong dan Kerja yang telah membekali kami dengan ilmu pengetahuan mengenai menejemen ternak potong dan kerja.
  • 3.      Semua peternak yang ada di Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, yang telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan praktikum.

Semua rekan-rekan yang telah membantu pelaksanaan praktikum ini sampai selesai.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini mungkin ada kekeliruan atau kesalahan yang tidak sengaja kami lakukan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kosntruktif demi kesempurnaan dari laporan ini.

*****

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging.  Sementara ternak kerja yaitu ternak yang dipelihara untuk diambil tenaganya.
 Pemeliharaan sapi potong di Nusa Tenggara Barat, di lakukan secara ekstensif,semi intensif,dan intensif, Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari.
Sapi bali (Bos Sondaicus) yang ada diNTB merupakan bangsa sapi potong asli dan murni. Indonesia telah mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat sapi tersebut memiliki sifat unggul yaitu tingkat reproduksinya tinggi, mudah beradaptasi dan selektif terhadap pakan dibandingkan dengan sapi potong asli lainnya. Sapi bali sering disebut sapi perintis meskipun disebut sapi perintis, masih ada persyaratan lingkungan yang harus diperhatikan seperti di ketahui sapi bali merupakan sapi banteng liar yang pada saat ini masih ditemukan dibeberapa lokasi dipulau jawa.


1.2  Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1 Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah:
a.       Mengetahui profil para peternak.
b.      Mengetahui bagaimana manajmen kandang.
c.       Mangetahui bagaimana manajmen ternak.
d.      Mengetahui bagaimana manajmen pakan.
e.       Mengetahui bagaimana manajmen pemasaran.
f.       Mengetahui hambatan-hambatan dalam beternak.
1.2.2        Kegunaan praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah:
a.       Praktikan dapat mengetahui profil para peternak.
b.      Praktikan dapat mengetahui bagaimana manajmen kandang.
c.       Praktikan dapat mengetahui bagaimana manajmen ternak.
d.      Praktikan dapat mengetahui bagaimana manajmen pakan.
e.       Praktikan dapat mengetahui bagaimana manajmen pemasaran.

****

BAB II
LANDASAN TEORI
Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002).
Sapi Bali dikenal dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos. Sapi Bali ini diduga berasal dari pulau Bali, pulau ini sekarang merupakan pusat penyebaran/distribusi sapi untuk Indonesia, karena itu dinamakan sapi bali yang didomestikasi sejak zaman rasejarah 3500 SM (Payne dan Rollinson, 1973).
2.1 Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong
1.      Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga (Siregar, 2006).
2.      Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996)


3.      Pakan
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat
yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna, meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. 3). Pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous, 1983).
4.      Penanganan Limbah
Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992).
5.      Reproduksi
a.       Pelaksanaan Perkawinan
Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg.
b.      Pemeriksaan Kebuntingan
Salah satu cara untuk cara untuk memeriksa kebuntingan pada ternak yaitu palpasi rektal. Palpasi rektal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993).
c.       Tahap-tahap Kelahiran
Kelahiran ternak terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix. 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva. 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah (Gillitte dan Holm, 1963).
d.      Penanganan Kelahiran
Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.
e.       Recording dan Identifikasi Pada Pedet
Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut (Ebert, 2006).
2.2 Usaha Ternak Potong
Gunardi (1998) dalam Tomatala (2008) mengemukakan bahwa usaha untuk mencapai tujuan pengembangan ternak sapi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan teknis dengan meningkatkan  kelahiran ternak, menurunkan kematian, mengontrol pemotongan ternak dan perbaikan genetic ternak; (2) pendekatan terpadu yang merupakan teknologi produksi, manajemen ekonomi, pertimbagan social budaya yang tercakup dalam sapta usaha peternakan serta pembentukan kelompok peternak yang bekerjasama dengan instansi-ianstansi terkait dan (3) pendekatan agribisnis dengan tujuan mempercepat pengembangan peternakan melalui integarsi dari keempat aspek (lahan, pakan,plasma nutfah dan sumberdaya manusia), proses produksi,pengolahan hasil dan pemasaran.
Pola pengembangan ternak sapi potong rakyat pada prinsipnya  terdapat dua model, yakni (1) pola swadaya dan (2) pola kemitraan. Pola swadaya merupakan pola pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan  swadaya dan swadana peternak baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK) merupakan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma dimana dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti (Daryanto,2007).


*****
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1    Waktu dan Tempat
3.1.1   Waktu Praktikum
Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini dilaksanakan dari Hari Senin sampai Ahad tepatnya dari tanggal 9 s/d 15 Maret 2020.
3.1.2   Tempat Praktikum
Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Bina Insan dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
3.2    Materi Praktikum
3.2.1   Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah :
1.      Pita Ukur
2.      Tongkat Ukur
3.      Alat tulis
4.      Koisioner
3.2.2   Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah :
1.      Peternak
2.      Kandang Ternak
3.      Ternak (sapi)
4.      Pakan Ternak
3.3    Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah :
1.      Tahap I : Pengunjungan lokasi tempat praktikum sekaligus perkenalan kepada peternak.
2.      Tahap II : Wawancara terhadap peternak selaku responden sekaligus pengamatan terhadap ternak yang meliputi pengamatan : panjang badan, lingkar dada, kondisi tubuh, kehalusan bulu, kondisi mata, pengukuran luas kandang dan pengukuran tempat makan dan minum.
3.      Tahap III : Pengamatan umur ternak melalui pengamatan berapa jumlah gigi seri yang tumbuh.
4.      Tahap IV : Melakukan pengukuran dan perhitungan pada ternak meliputi : lingkar dada ternak, panjang ternak, dan bobot badan ternak menggunakan pita ukur dan tongkat ukur, serta berdasarkan perhitungan menggunakan rumus.
5.      Tahap V : Pengamatan kesehatan ternak, dan analisa ekonomi usaha ternak.
6.      Tahap VI : Pemberian kenang-kenangan pada peternak dan ucapan terima kasih kepada peternak.
3.4    Variabel Yang Diamati
Adapun variabel yang diamati dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah :
1.      Profil peternak : umur peternak, Pendidikan peternak, pekerjaan pokok para peternak.
2.      Manajmen kandang : sistem perkandangan yang digunakan, luas kandang
3.      Manajemen ternak : sistem yang digunakan, teknik pemberian pakan dan konsumsi pakan per hari, tatalaksana perkembangbiakan, jumlah ternak yang dimiliki peternak, ternak di jual, ternak lahir, ternak mati dan di afkir.
4.      Manajmen pakan : apa saja pakan yang diberikan, berapa kali pemberian pakan dalam sehari,
5.      Analisa ekonomi peternak : menghitung pendapatan bersih dan pendapatan peternak.

3.5    Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini yaitu sebagai berikut :
1.      Struktur Populasi adalah : Proporsi anak, muda dan dewasa pada masing-masing jenis kelamin ternak yang ada saat pengamatan. Yakni; dengan mencatat jumlah sapi yang dikategorikan sebagai anak, muda dan dewasa yang dipelihara oleh responden kemudian diidentifikasi menurut jenis kelamin.
2.      Populasi Dasar adalah : Total populasi ternak yang ada pada tahun pengamatan, yakni; total dari ternak yang dimiliki saat pengamatan, ternak mati, ternak keluar (dijual, dipotong pengembalian kadasan, disumbangkan dll) dikurangi ternak yang dibeli pada tahun tersebut.
3.      Service per Conception (S/C) adalah : Jumlah perkawinan untuk satu kebuntingan/berapa kali ternak dikawinkan alam/(IB) untuk menghasilkan kebuntingan.
4.      Angka Kelahiran (Calf Crop/Calving Rate) adalah : Jumlah anak yang lahir pertahun dibagi dengan jumlah betina  dewasa atau populasi dikali 100%.
5.      Panen Pedet adalah : Dihitung dari jumlah anak yang lahir hidup dalam setahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%.
6.      Umur Produktif adalah : Umur mulai digunakan dalam pembiakan sampai dijual atau afkir.
7.      Lama digunakan dalam Pembiakan adalah : Lama waktu sejak pertama kali kawin (anak I) sampai di afkir Jumlah anak yang dapat dilahirkan selama hidup dikurangi satu dikalikan jangka beranak dikurangi umur kawin I.
8.      Angka Kemajiran adalah : Jumlah sapi jantan (kebiri) dan betina yang tidak mampu menghasilkan keturunan.
9.      Umur Afkir adalah : Dihitung berdasarkan jumlah anak yang dapat dilahirkan induk selama hidup dikurangi satu dikalikan jangka beranak dan ditambah dengan umur kawin I. Dapat juga diketahui berdasarkan rata-rata umur ternak dijual/ dipotong.
10.  Angka Kematian adalah : Persentase ternak yang mati dalam satu tahun dari populasi dan atau betina dewasa.
11.  Pertumbuhan Alami / Natural Increase (NI) adalah : Selisih antara angka kelahiran dengan angka kematian.
12.  Net Replacement Rate (NRR) adalah : Jumlah anak betina yang lahir dan dapat hidup sampai pada umur tertentu dibagi dengan jumlah kebutuhan ternak betina pengganti setiap tahun dikalikan 100%.
13.  Service Period ( Days Open/ Heat Period) adalah : Waktu yang dibutuhkan sejak melahirkan sampai pada perkawinan kembali.
14.  Non Return Rate adalah : Sapi betina yang dikawinkan kembali setelah perkawinan pertama dan tidak bunting (dinamakan juga kawin ulang).
3.6    Analisis Data
Analisis data di yang di gunakan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan peternak Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru Desa Ranjok Kecamatan Gnung Sari Kabupaten Lombok Barat, yang meliputi jumlah pemberian pakan, tinggi badan, berat badan, dan hitungan serta kemudian data atau hasil di tabulasi menurut jenis perhitungannya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Peternak
  Tabel 1. Identitas Peternak
NO
Nama Peternak
Umur Peternak (thn)
Pendidikan Terakhir
Tanggungan Keluarga
Pekerjaan Pokok
Luas Lahan (are)
Pengalaman Beternak (thn)
Jumlah Ternak
1
Sumenah
40
SD
2
Buruh Bangunan
1,5
7
3
2
Haridah
38
SD
2
Beternak
0,5
9
2
3
Mahrup
40
Tidak Sekolah
1
Betrnak
0,5
15
1
4
Marzuki
38
SD
2
Tukang Batu
1
7
2
5
Ruba'i
35
SD
1
0,5
5
2
Rata-rata
38,2
1,6
0,8
8,6
2

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, rata-rata tingkat pendidikan peternak hanyalah lulusan Sekolah Dasar bahkan ada yang belum pernah mengenyam pendidikan. Ini mengindikasikan bahwa dari segi Sumber Daya Manusia Kelompok Ternak Bina Insan masih sangatlah jauh dari kata baik.

Selanjutnya jika kita lihat dari segi usia, rata-rata petrnak di Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat,  mencapai 38,2 tahun. Ini menandakan rata-rata usia peternak masih dalam usia produktif, dimana usia produktif umumnya  berkisar pada usia 15 sampai 64 tahun. Namun sayangnya rata-rata peternak yang kami wawancara ternyata hanya menjadikan betrnak sebagai usaha sampingan diluar usaha pokok.

Selain itu, jumlah sapi yang dimililki peternak juga sangatlah minim, berdasarkan data yang kami himpun, rata-rata satu orang peternak hanya memiliki 2  ekor ternak. Padahal rata-rata mereka sudah beternak sudah 8,6 tahun.

4.2. Manajmen Perkandangan

Tipe perkandangan yang digunakan adalah tipe Individu, dimana masing-masing sapi punya sekat tersendiri dan tempat pakan tersendiri, dalam lokasi yang sama. Luas keseluruhan kandang adalah 264 m2 , dengan panjang 33 meter dan lebar 8 meter. Adapun luas sekatnya adalah 6,25 m2  dengan panjang dan lebar masing-msing 2,5 meter. Adapun luas tempat pakannya adalah 10 m2  dengan panjang dan lebar masing-msing 2 meter dan lebar 0,5 meter.
Adapun model kandangnya adalah model kandang Permanen, dimana lantainya sudah di Pese, sekat antar sapinya sudah menggunakan tembok dan atapnya sudah menggunkan Spandek dengan tiang dari besi.


4.3. Manajmen Ternak

Berikut adalah hasil pengamatan ternak :
Tabel 2. Pengamatan ternak
SAPI
SEX
ESTIMASI UMUR
WARNA
PANJANG BADAN (M)
LINGKAR DADA (M)
TINGGI BADAN (M)
ESTIMASI BERAT (Kg)
(Rumus Schoorl Denmark)
(Rumus Winter Eropa)
(Rumus Winter Indonesia)
1
Betina
I0
Merah Bata
1,54
0,96
1,13
139,24
132,6283057
131,2292479
2
Betina
I2
Merah Bata
1,62
1,03
1,2
156,25
160,606271
158,9120817
3
Betina
I3
Merah Bata
1,63
1,18
1,3
196
212,0921788
209,8548795
4
Betina
I2
Merah Bata
1,55
0,98
1,14
144
139,1095303
137,6421039
5
Betina
I3
Merah Bata
1,71
1,25
1,42
216,09
249,6831134
247,0492781
6
Betina
I3
Merah Bata
1,7
1,23
1,47
210,25
240,343388
237,8080748
7
Betina
I2
Merah Bata
1,66
1,2
1,32
201,64
223,3796544
221,0232868
8
Betina
I2
Merah Bata
1,65
1,2
1,42
201,64
222,0339939
219,6918212
9
Betina
I4
Merah Bata
1,75
1,3
1,53
231,04
276,3743842
273,4589904
10
Betina
I2
Merah Bata
1,58
0,98
1,16
144
141,8019728
140,3061446
11
Jantan
I0
Merah Bata
1,53
0,8
0,95
104,04
91,50491868
90,53965964
12
Jantan
I0
Merah Bata
1,58
1
1,17
148,84
147,648868
146,0913626
13
Betina
I2
Merah Bata
1,53
0,95
1,12
136,89
129,036233
127,6750669
14
Jantan
I0
Merah Bata
1,52
0,93
1,1
132,25
122,8520816
121,5561504
15
Jantan
I0
Merah Bata
1,53
0,8
0,95
104,04
91,50491868
90,53965964
Rata-rata
1,605333
1,052667
1,22533
164,414
172,0399875
170,2251872

Petrnak di Kelompok Ternak Bina Insan Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat adalah peternak yang bisa dikatakan beternak dengan dengan tipe menghasilkan pedet sendiri sekaligus penggemukan sendiri, sehingga rata-rata mereka memelihara sapi dengan jenis kelamin betina. Mereka memanfaatkan Inseminasi Buatan (IB) untuk reproduksi ternaknya.
Jenis sapi yang dipelihara dalam peternakan ini adalah jenis sapi bali, yang semua sapinya bisa dikatakan berwarna merah bata sesuai dengan ciri sapi bali pada umumnya.

Untuk estimasi bobot badan sapi, kami menggunakan 3 rumus, yakni (Rumus Schoorl Denmark), (Rumus Winter Eropa), (Rumus Winter Indonesia).

Untuk Rumus Schoorl Denmark dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :  
BB = (LD + 22)2
              100
Keterangan :
a)   BB = Bobot Badan (kg)
b)   LD = Lingkar Dada (cm)
c)   Rumus ini hanya berlaku untuk sapi dewasa, sedangkan untuk pedet rumus ini kurang tepat, karena faktor penambah 22 untuk lingkar dada pada sapi yang sedang tumbuh terlalu besar.

Contoh:
Ada seekor sapi mempunyai lingkar dada 200 cm, maka perkiraan bobot badan si sapi ini dapat kita hitung dengan rumus sebagai berikut:
W=((200+22)2)/100
=492,84 Kg
Sehingga, perkiraan bobot si sapi ini yaitu 492,84 atau dibulatkan 493 Kg. Dikarenakan perbedaannya adalah 1,5–32,6%, jadi bobot badan sapi sebenarnya berkisar antara 332,3 – 485,6Kg.
Untuk  Winter Eropa berikut langkah-langkahnya :
BB = (LD)X (PB)
                  300
Keterangan :
a)   BB = Bobot Badan (pounds);
b)   LD = Lingkar Dada (inchi)
c)   PB = Panjang Badan (inchi)
d)   Rumus ini merupakan gabungan antara panjang badan dan lingkar dada (Willianson dan Payne, 1986).  Tingkat kesalahan rumus ini dibandingkan dengan penimbangan berkisar 2-6% (Soenarjo, 1988).


Tabel 3. Tabel Berat Badan Sapi Bali Berdasarkan Lingkar Dada

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
190
388
394
400
405
411
417
423
428
434
440
180
335
341
346
351
356
361
367
372
377
383
170
287
392
297
301
306
311
316
321
325
330
160
244
248
252
256
261
265
269
274
278
283
150
205
208
212
216
220
224
228
232
236
240
140
170
173
176
180
183
187
190
194
197
201
130
139
142
145
148
151
154
157
160
163
166
120
112
114
117
119
122
125
128
130
133
136
110
88
90
93
95
97
100
102
104
107
109
100
68
70
72
74
76
78
80
82
84
86
90
51
53
54
56
58
59
61
63
65
66
80
37
38
40
41
42
44
45
47
48
50
70
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
60
17
18
19
19
20
21
22
23
24
25
50
10
11
12
12
13
13
14
15
16
16
40
6
6
6
7
7
8
8
9
9
10
sumber : Balai Veteriner Lampung, 2014
Contohnya : Jika lingkar dada sapi berdasarkan hasil pengukuran adalah 166 cm adalah 269 kg. Caranya  maka dilihat pada kolom vertikal paling kiri angka 160 dan baris paling atas pada angka kemudian ditarik garis penghubungnya maka akan didapatkan angka 269.


4.4. Manajmen Pakan

Tabel 4. Pemberian pakan
NAMA PETERNAK
BAHAN PAKAN
Jumlah Pakan (Kg/ekor/hari)
Asal Pakan
Pemberian Garam
Pemberian pakan /hari
Rumput Lapangan
Legum
Limbah
Konsentrat
Anak
Muda
Dewasa
Beli
Tanam
Cari
Ya
Ya (kadang)
Tidak Pernah
Sumenah
+++
++
+++








2
Haridah
+++
++
+++









2
Mahrup
+++
++
+++
+









2
Marzuki
+++
++
+++









2
Ruba'i
+++
++
+++









2
















Keterangan
+++
: Sangat sering
++
: Sering
+
: Jarang

: Ya

: Tidak

Perlu kami sampaikan bahwa dalam pemberian pakan di Kelompok Ternak Bina Insan Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, ini tidak menggunakan aturan atau tata laksana yang  jelas. Petrnak tidak memberikan dosis Pakan pada usia tertentu dengan jumlah tertentu, melainkan hanya memberikan 1 karung per hari untuk 1 ekor sapi, berapapun usia sapi tersebut, dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali dalam sehari. Yakni pagi dan sore. Hasil wawancara kami, peternak juga sesekali memberikan garam pada ternak mereka.
Untuk jenis pakan yang diberikan, sesuai dengan tabel diatas, bahwa semua peternak paling sering memberikan rumput lapangan dan limbah pertanian kepada ternak mereka, disamping pemberian legum. Untuk pemberian konsentrat, bisa dikatakan sangat jarang sekali, atau bisa dikatakan tidak pernah.


4.5. Manajmen Pemasaran/Analisis Ekonomi

Tabel 5. Analisa Ekonomi
Nama Petrnak
Jumlah Ternak
Asal Ternak
Penerimaan (X)
Pengeluaran (Y)
Total Pendapatan (X-Y)
Jual Ternak (Rp)
Jual Kotoran
Ternak Kerja
Bakalan/Bibit
Pakan
Obat-obatan
IB
Listrik
Tenaga Kerja
Sumenah
3
 anakan
 9.000.000





  100.000
 100.000

8.200.000
Haridah
2
 Anakan
9.000.000





  100.000
 100.000

8.200.000
Mahrup
1
 Anakan
9.000.000





  100.000
 100.000

8.200.000
Marzuki
2
 Anakan
9.000.000





  100.000
 100.000

8.200.000
Ruba'i
2
 anakan
9.000.000





  100.000
 100.000

8.200.000

Berdasarkan hasil wawancarakami dengan para peternak di Kelompok Ternak Bina Insan Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, bahwa peternak mengaku rata-rata mereka menjual ternak mereka dengan harga Rp. 9.000.000 dan penjualan itu tidak memiliki priode tertentu. Oleh sebab itu kami menyebutnya dalam 1 priode produksi. Satu priode produksi ini tidak memiliki jangka waktu yang pasti, sehingga kita kesulitan jika harus menghitung penghasilan perbulan dari peternak dari hasil penjualan hewan ternaknya. Satu priode produksi ini bisa 1-3 tahun, tergantung dari kebutuhan peternak. Peternak mengaku menjual ternaknya jika mengalami keterdesakan ekonomi seperti untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak, menikah, dll.

Untuk hasil pendapatan bersih, kami hitung dari hasil  Penerimaan (X) dikurangi pengeluaran (Y). Dimana penerimaan ini merupakan penjumalahan dari hasil penjualan sapi, kotoran sapi, maupun upah sapi pekerja jika ada. Sedangkan untuk pengeluaran merupakan penjumlahan dari biaya seperti biaya pakan, obat-obatan, Inseminasi Buatan (IB), listrik, dll.


4.6. Kendala dan Cara Mengatasinya
Pada musim hujan biasanya ketersediaan rumput sebagai pakan ternak sangat melimpah, namun pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas. Hal ini membuat ternak mendapat pakan dalam jumlah banyak ketika musim hujan dan kekurangan pada musim kemarau. Salah satu permasalahan lain yaitu ketika musim panen tanaman  pangan di sawah seperti padi, jagung, dan kacang tanah. Limbah dari tanaman tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak, sebagian besar dibuang/dibakar (terutama jerami padi) karena tidak tidak habis digunakan sebagai pakan ternak.
Limbah pertanian ketersediaannya sangat melimpah pada musim panen, tetapi kelemahan limbah pertanian sebagai pakan ternak adalah kurangnya kandungan nutrisinya, palatabilitas rendah, kecernaan rendah dan protein rendah. Salah satu cara menangani limbah pertanian ini agar dapat dijadikan pakan alternative adalah dengan dibuat menjadi silase, tape jerami dan hay dari limbah pertanian. Pemanfaatan jasa mikroba untuk mendegradasi serat kasar pada limbah pertanian sangat diperlukan, serat kasar akan diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh mikroba (starter). Selain itu, kandungan protein dari limbah juga akan meningkat karena protein berasal dari protein tubuh mikroba yang sudah mati.
Oleh karena itu, solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut merupakan peran para akademisi, dosen, mahasiswa untuk memberikan penyuluhan kepada peternak terkait tentang bagaimana cara mengolah limbah pertanian menjadi pakan ternak yang bernutrisi tinggi.
Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas ternak, penanggulangan penyakit dan pengenalan jenis-jenis penyakit penghambat pertumbuhan merupakan slah satu kendala yang terdapat pada kelompok ini sehingga para peternak tidak sadar dengan adanya penyakit tersebut dapat mengurangi produktivitas dan harga jual dari ternak yang dimiliki. Dokter hewan merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi keluhan daripada peternak tersebut sehingga segala penyakit tetap di tanggulangi dengan cepat, tetapi keberadaaan dokter hewan sangat sedikit dan tidak bisa menjangkau tempat kelompok ternak ini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
 5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah :
1.      Tingkat pendidikan peternak hanyalah lulusan Sekolah Dasar bahkan ada yang belum pernah mengenyam pendidikan. Ini mengindikasikan bahwa dari segi Sumber Daya Manusia Kelompok Ternak Bina Insan masih sangatlah jauh dari kata baik.
2.      Tipe perkandangan yang digunakan adalah tipe Individu, dimana masing-masing sapi punya sekat tersendiri dan tempat pakan tersendiri. Adapun model kandangnya adalah model kandang Permanen, dimana lantainya sudah di Pese, sekat antar sapinya sudah menggunakan tembok dan atapnya sudah menggunkan Spandek dengan tiang dari besi
3.      Sapi yang dipelihara ditempat praktikum kami adalah sapi bali, dengan rata-rata bobot badannya adalah 168,8931
4.    Pemberian pakan diberikan 2 kali dalam sehari, dengan rumput lapangan, limbah pertanian dan sedikit legum. Dalam sehari satu sapi diberi satu karung pakan. Tidak ada angka pasti dalam pemberian pakan. Peternak belum mampu mengelola dan memberikan pakan kepada ternaknya secara optimal, pakan diberikan banyak kepada ternaknya ketika ketersediannya melimpah dan kekurangan saat ketersediaannya terbatas.
5.    Tidak ada manajemen yang pasti dalam manajmen penerimaan dan pengeluaran dalam usaha ternak ini.
6.    Hambatan utama yang dihadapai peternak adalah :
a.    Pengetahuan tentang ilmu peternakan yang sangat terbatas
b.    Tidak mampu mengelola atau memanajemen pakan dengan baik
c.    Penaganan penyakit kurang
d.   Cara beternak atau sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional yakni menganut sistem pemeliharaan secara intensif

5.2  Saran
Adapun saran yang diberikan untuk praktikum kali ini adalah:
1.    Sebaiknya dalam praktikum ini dibutuhkan Co.asst untuk membimbing praktikan agar praktikum yang telah dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar.
2.    Sebaiknya praktikan harus datang ke tempat praktikum tepat waktu agar praktikum bisa berjalan efektif.

*****

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong. Agromedia            Pustaka : Jakarta
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius :            Yogyakarta
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University Gadjah    Mada Press : Yogyakarta.
Daryanto 2007. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. Permata Wacana Lestari:           Jakarta
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional        Peternakan dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem.
Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta.
Tomatala, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha             Sapi Potong.Kasus Kabupaten Seram bagian Barat Propinsi Maluku. Disertasi.    Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.        Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Populer

INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH

- INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran atau ITP adalah suatu gerakan di media social y...