LAPORAN
PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA (SAPI)
DI KELOMPOK TERNAK MEDAS TANI TERNAK BINA INSAN DUSUN RANJOK BARU
DESA RANJOK
KECAMATAN GUNUNG SARI
KABUPATEN LOMBOK BARAT
DISUSUN OLEH:
AZIZ LINTANG GUMILAR
AZIZ LINTANG GUMILAR
(B1D018046)
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
*****
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum wr..wb
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita taufiq,
hidayah, karunia serta nikmat kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Menejemen Ternak Potong dan Kerja (Sapi) yang
dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 9 Maret s/d 15 Maret 2020 di Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
Laporan
praktikum ini berisi tentang kegiatan praktikum yang telah kami laksanakan.
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk melengkapi tugas praktikum sebagai
syarat kelulusan dari Mata Kuliah Menejemen Ternak Potong dan Kerja.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
- 1. Bapak Ir. Happy Purwoto, MP. sebagai
koordinator praktikum yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran-saran
dalam pelaksanaan praktikum.
- 2. Semua Dosen
pengajar Mata Kuliah Menejemen Ternak Potong dan
Kerja yang telah membekali kami dengan ilmu pengetahuan mengenai menejemen
ternak potong dan kerja.
- 3. Semua peternak yang ada di Kelompok
Ternak
Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa
Ranjok, Kecamatan Gunung Sari,
Kabupaten Lombok Barat, yang telah memberikan
kami kesempatan untuk melaksanakan praktikum.
Semua
rekan-rekan yang telah membantu pelaksanaan praktikum ini sampai selesai.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini mungkin ada kekeliruan atau
kesalahan yang tidak sengaja kami lakukan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kosntruktif demi kesempurnaan dari
laporan ini.
*****
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai
gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan
karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari
hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Sementara ternak kerja yaitu ternak yang
dipelihara untuk diambil tenaganya.
Pemeliharaan sapi potong di Nusa
Tenggara Barat, di lakukan secara ekstensif,semi intensif,dan intensif, Pada
umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada
dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk,
sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan
dan digembalakan sepanjang hari.
Sapi bali (Bos Sondaicus) yang ada diNTB
merupakan bangsa sapi potong asli dan murni. Indonesia telah mendapat perhatian
dari berbagai pihak mengingat sapi tersebut memiliki sifat unggul yaitu tingkat
reproduksinya tinggi, mudah beradaptasi dan selektif terhadap pakan
dibandingkan dengan sapi potong asli lainnya. Sapi bali sering disebut sapi
perintis meskipun disebut sapi perintis, masih ada persyaratan lingkungan yang
harus diperhatikan seperti di ketahui sapi bali merupakan sapi banteng liar
yang pada saat ini masih ditemukan dibeberapa lokasi dipulau jawa.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum
1.2.1 Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah:
a.
Mengetahui profil para peternak.
b.
Mengetahui
bagaimana manajmen kandang.
c.
Mangetahui
bagaimana manajmen ternak.
d.
Mengetahui
bagaimana manajmen pakan.
e.
Mengetahui bagaimana
manajmen pemasaran.
f.
Mengetahui
hambatan-hambatan dalam beternak.
1.2.2
Kegunaan
praktikum
Adapun
kegunaan dari praktikum ini adalah:
a.
Praktikan dapat
mengetahui profil para peternak.
b.
Praktikan dapat
mengetahui bagaimana manajmen kandang.
c.
Praktikan dapat
mengetahui bagaimana manajmen ternak.
d.
Praktikan dapat
mengetahui bagaimana manajmen pakan.
e.
Praktikan dapat
mengetahui bagaimana manajmen pemasaran.
****
BAB II
LANDASAN
TEORI
Sapi potong
adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang
dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik.
Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara
secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan berat
badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002).
Sapi
Bali dikenal dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut
juga dengan nama Bibos javanicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili
Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus
Bibovine tetapi masih termasuk genus bos. Sapi
Bali ini diduga berasal dari pulau Bali, pulau ini sekarang merupakan pusat
penyebaran/distribusi sapi untuk Indonesia, karena itu dinamakan sapi bali yang
didomestikasi sejak zaman rasejarah 3500 SM (Payne
dan Rollinson, 1973).
2.1 Manajemen
Pemeliharaan Sapi Potong
1.
Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan
perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan
lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih
terjaga (Siregar, 2006).
2.
Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan
yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan
pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa
lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan
lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan
menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade,
1996)
3.
Pakan
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan
menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan
hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan
berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan
tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk
yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat
yaitu
pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan
mudah dicerna, meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti
jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil
kelapa, tetes. 3). Pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea.
Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang
hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut
antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous,
1983).
4.
Penanganan Limbah
Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang
berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak
pada umumnya digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun
lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992).
5.
Reproduksi
a.
Pelaksanaan Perkawinan
Berdasarkan
standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan sebagai
pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan
organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan
diatas 300 kg.
b.
Pemeriksaan Kebuntingan
Salah
satu cara untuk cara untuk memeriksa kebuntingan pada ternak yaitu palpasi
rektal. Palpasi rektal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum
rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini
dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui
segera (Hafez, 1993).
c.
Tahap-tahap Kelahiran
Kelahiran
ternak terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) adanya kontraksi aktif
serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan
dilatasi cervix. 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi,
rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran
fetus melalui vulva. 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah
pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan
melemah (Gillitte dan Holm, 1963).
d.
Penanganan Kelahiran
Menurut
Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi
dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi
pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk
immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.
e.
Recording dan
Identifikasi Pada Pedet
Penandaan
pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak,
dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk
mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang
didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari
ternak tersebut (Ebert, 2006).
2.2 Usaha
Ternak Potong
Gunardi (1998) dalam Tomatala (2008)
mengemukakan bahwa usaha untuk mencapai tujuan pengembangan ternak sapi dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan teknis dengan
meningkatkan kelahiran ternak,
menurunkan kematian, mengontrol pemotongan ternak dan perbaikan genetic ternak;
(2) pendekatan terpadu yang merupakan teknologi produksi, manajemen ekonomi,
pertimbagan social budaya yang tercakup dalam sapta usaha peternakan serta
pembentukan kelompok peternak yang bekerjasama dengan instansi-ianstansi
terkait dan (3) pendekatan agribisnis dengan tujuan mempercepat pengembangan
peternakan melalui integarsi dari keempat aspek (lahan, pakan,plasma nutfah dan
sumberdaya manusia), proses produksi,pengolahan hasil dan pemasaran.
Pola pengembangan ternak sapi potong
rakyat pada prinsipnya terdapat dua
model, yakni (1) pola swadaya dan (2) pola kemitraan. Pola swadaya merupakan
pola pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan swadaya dan swadana peternak baik secara
individu maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK) merupakan
kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma dimana
dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi
hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti
(Daryanto,2007).
*****
BAB III
MATERI DAN METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu Praktikum
Praktikum
Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini dilaksanakan dari Hari Senin sampai Ahad tepatnya dari tanggal 9 s/d 15 Maret
2020.
3.1.2 Tempat Praktikum
Praktikum
Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini dilaksanakan
di Kelompok Ternak Bina Insan dusun
Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok
Barat.
3.2 Materi Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Adapun
alat yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini
adalah :
1.
Pita Ukur
2.
Tongkat Ukur
3.
Alat tulis
4.
Koisioner
3.2.2 Bahan Praktikum
Adapun
bahan yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini
adalah :
1.
Peternak
2.
Kandang Ternak
3.
Ternak (sapi)
4.
Pakan Ternak
3.3 Metode Praktikum
Adapun
metode yang digunakan dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini
adalah :
1.
Tahap I : Pengunjungan
lokasi tempat praktikum sekaligus perkenalan kepada peternak.
2.
Tahap II : Wawancara
terhadap peternak selaku responden sekaligus pengamatan terhadap ternak yang
meliputi pengamatan : panjang badan, lingkar dada, kondisi tubuh, kehalusan
bulu, kondisi mata, pengukuran luas kandang dan pengukuran tempat makan dan
minum.
3.
Tahap III : Pengamatan
umur ternak melalui pengamatan berapa jumlah gigi seri yang tumbuh.
4.
Tahap IV : Melakukan
pengukuran dan perhitungan pada ternak meliputi : lingkar dada ternak, panjang
ternak, dan bobot badan ternak menggunakan pita ukur dan tongkat ukur, serta
berdasarkan perhitungan menggunakan rumus.
5.
Tahap V : Pengamatan
kesehatan ternak, dan analisa ekonomi usaha ternak.
6.
Tahap VI : Pemberian
kenang-kenangan pada peternak dan ucapan terima kasih kepada peternak.
3.4 Variabel Yang Diamati
Adapun
variabel yang diamati dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini
adalah :
1.
Profil
peternak : umur peternak, Pendidikan
peternak, pekerjaan pokok para peternak.
2.
Manajmen kandang :
sistem perkandangan yang digunakan, luas kandang
3.
Manajemen ternak : sistem yang
digunakan, teknik pemberian pakan dan konsumsi pakan per hari, tatalaksana
perkembangbiakan, jumlah ternak yang dimiliki peternak, ternak di jual, ternak
lahir, ternak mati dan di afkir.
4.
Manajmen pakan :
apa saja pakan yang diberikan, berapa kali pemberian pakan dalam sehari,
5.
Analisa ekonomi
peternak : menghitung pendapatan bersih dan pendapatan peternak.
3.5 Definisi Operasional
Adapun
definisi operasional dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini
yaitu sebagai berikut :
1.
Struktur Populasi adalah : Proporsi
anak, muda dan dewasa pada masing-masing jenis kelamin ternak yang ada saat
pengamatan. Yakni; dengan mencatat jumlah sapi yang dikategorikan sebagai anak,
muda dan dewasa yang dipelihara oleh responden kemudian diidentifikasi menurut
jenis kelamin.
2.
Populasi Dasar adalah : Total populasi
ternak yang ada pada tahun pengamatan, yakni; total dari ternak yang dimiliki
saat pengamatan, ternak mati, ternak keluar (dijual, dipotong pengembalian
kadasan, disumbangkan dll) dikurangi ternak yang dibeli pada tahun tersebut.
3.
Service per Conception (S/C) adalah :
Jumlah perkawinan untuk satu kebuntingan/berapa kali ternak dikawinkan
alam/(IB) untuk menghasilkan kebuntingan.
4.
Angka Kelahiran (Calf Crop/Calving Rate) adalah : Jumlah
anak yang lahir pertahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%.
5.
Panen Pedet adalah : Dihitung dari jumlah anak
yang lahir hidup dalam setahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi
dikali 100%.
6.
Umur Produktif adalah : Umur mulai digunakan
dalam pembiakan sampai dijual atau afkir.
7.
Lama digunakan dalam Pembiakan adalah : Lama
waktu sejak pertama kali kawin (anak I) sampai di afkir Jumlah anak yang dapat
dilahirkan selama hidup dikurangi satu dikalikan jangka beranak dikurangi umur
kawin I.
8.
Angka Kemajiran adalah : Jumlah sapi
jantan (kebiri) dan betina yang tidak mampu menghasilkan keturunan.
9.
Umur Afkir adalah : Dihitung berdasarkan
jumlah anak yang dapat dilahirkan induk selama hidup dikurangi satu dikalikan
jangka beranak dan ditambah dengan umur kawin I. Dapat juga diketahui
berdasarkan rata-rata umur ternak dijual/ dipotong.
10. Angka Kematian
adalah : Persentase ternak yang mati dalam satu tahun dari populasi dan atau
betina dewasa.
11. Pertumbuhan Alami / Natural Increase (NI)
adalah : Selisih antara angka kelahiran dengan angka kematian.
12. Net Replacement Rate (NRR)
adalah : Jumlah anak betina yang lahir dan dapat hidup sampai pada umur
tertentu dibagi dengan jumlah kebutuhan ternak betina pengganti setiap tahun
dikalikan 100%.
13. Service Period ( Days Open/ Heat Period)
adalah : Waktu yang dibutuhkan sejak melahirkan sampai pada perkawinan kembali.
14. Non Return Rate
adalah : Sapi betina yang dikawinkan kembali setelah perkawinan pertama dan
tidak bunting (dinamakan juga kawin ulang).
3.6 Analisis Data
Analisis
data di yang di gunakan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan
peternak Kelompok Ternak Bina Insan,
Dusun Ranjok Baru Desa Ranjok Kecamatan Gnung Sari Kabupaten Lombok
Barat, yang meliputi jumlah pemberian pakan, tinggi badan, berat badan, dan
hitungan serta kemudian data atau hasil di tabulasi menurut jenis
perhitungannya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil
Peternak
Tabel 1. Identitas Peternak
NO
|
Nama Peternak
|
Umur Peternak (thn)
|
Pendidikan Terakhir
|
Tanggungan Keluarga
|
Pekerjaan Pokok
|
Luas Lahan (are)
|
Pengalaman Beternak (thn)
|
Jumlah Ternak
|
1
|
Sumenah
|
40
|
SD
|
2
|
Buruh Bangunan
|
1,5
|
7
|
3
|
2
|
Haridah
|
38
|
SD
|
2
|
Beternak
|
0,5
|
9
|
2
|
3
|
Mahrup
|
40
|
Tidak Sekolah
|
1
|
Betrnak
|
0,5
|
15
|
1
|
4
|
Marzuki
|
38
|
SD
|
2
|
Tukang Batu
|
1
|
7
|
2
|
5
|
Ruba'i
|
35
|
SD
|
1
|
0,5
|
5
|
2
|
|
Rata-rata
|
38,2
|
1,6
|
0,8
|
8,6
|
2
|
Berdasarkan hasil wawancara
kami dengan Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok,
Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, rata-rata tingkat pendidikan
peternak hanyalah lulusan Sekolah Dasar bahkan ada yang belum pernah mengenyam
pendidikan. Ini mengindikasikan bahwa dari segi Sumber Daya Manusia Kelompok
Ternak Bina Insan masih sangatlah jauh dari kata baik.
Selanjutnya jika kita lihat
dari segi usia, rata-rata petrnak di Kelompok Ternak Bina Insan, Dusun Ranjok
Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, mencapai 38,2 tahun. Ini menandakan rata-rata
usia peternak masih dalam usia produktif, dimana usia produktif umumnya berkisar pada usia 15 sampai 64 tahun. Namun
sayangnya rata-rata peternak yang kami wawancara ternyata hanya menjadikan
betrnak sebagai usaha sampingan diluar usaha pokok.
Selain itu, jumlah sapi yang
dimililki peternak juga sangatlah minim, berdasarkan data yang kami himpun,
rata-rata satu orang peternak hanya memiliki 2
ekor ternak. Padahal rata-rata mereka sudah beternak sudah 8,6 tahun.
4.2. Manajmen Perkandangan
Tipe perkandangan yang digunakan adalah tipe
Individu, dimana masing-masing sapi punya sekat tersendiri dan tempat pakan
tersendiri, dalam lokasi yang sama. Luas keseluruhan kandang adalah 264 m2
, dengan panjang 33 meter dan lebar 8 meter. Adapun luas sekatnya adalah 6,25 m2 dengan panjang dan lebar masing-msing
2,5 meter. Adapun luas tempat pakannya adalah 10 m2 dengan panjang dan lebar masing-msing 2 meter
dan lebar 0,5 meter.
Adapun model kandangnya adalah model kandang
Permanen, dimana lantainya sudah di Pese, sekat antar sapinya sudah menggunakan
tembok dan atapnya sudah menggunkan Spandek dengan tiang dari besi.
4.3. Manajmen Ternak
Berikut adalah hasil
pengamatan ternak :
Tabel 2. Pengamatan ternak
SAPI
|
SEX
|
ESTIMASI UMUR
|
WARNA
|
PANJANG BADAN (M)
|
LINGKAR DADA (M)
|
TINGGI BADAN (M)
|
ESTIMASI BERAT (Kg)
|
||
(Rumus Schoorl Denmark)
|
(Rumus Winter Eropa)
|
(Rumus Winter Indonesia)
|
|||||||
1
|
Betina
|
I0
|
Merah Bata
|
1,54
|
0,96
|
1,13
|
139,24
|
132,6283057
|
131,2292479
|
2
|
Betina
|
I2
|
Merah Bata
|
1,62
|
1,03
|
1,2
|
156,25
|
160,606271
|
158,9120817
|
3
|
Betina
|
I3
|
Merah Bata
|
1,63
|
1,18
|
1,3
|
196
|
212,0921788
|
209,8548795
|
4
|
Betina
|
I2
|
Merah Bata
|
1,55
|
0,98
|
1,14
|
144
|
139,1095303
|
137,6421039
|
5
|
Betina
|
I3
|
Merah Bata
|
1,71
|
1,25
|
1,42
|
216,09
|
249,6831134
|
247,0492781
|
6
|
Betina
|
I3
|
Merah Bata
|
1,7
|
1,23
|
1,47
|
210,25
|
240,343388
|
237,8080748
|
7
|
Betina
|
I2
|
Merah Bata
|
1,66
|
1,2
|
1,32
|
201,64
|
223,3796544
|
221,0232868
|
8
|
Betina
|
I2
|
Merah Bata
|
1,65
|
1,2
|
1,42
|
201,64
|
222,0339939
|
219,6918212
|
9
|
Betina
|
I4
|
Merah Bata
|
1,75
|
1,3
|
1,53
|
231,04
|
276,3743842
|
273,4589904
|
10
|
Betina
|
I2
|
Merah Bata
|
1,58
|
0,98
|
1,16
|
144
|
141,8019728
|
140,3061446
|
11
|
Jantan
|
I0
|
Merah Bata
|
1,53
|
0,8
|
0,95
|
104,04
|
91,50491868
|
90,53965964
|
12
|
Jantan
|
I0
|
Merah Bata
|
1,58
|
1
|
1,17
|
148,84
|
147,648868
|
146,0913626
|
13
|
Betina
|
I2
|
Merah Bata
|
1,53
|
0,95
|
1,12
|
136,89
|
129,036233
|
127,6750669
|
14
|
Jantan
|
I0
|
Merah Bata
|
1,52
|
0,93
|
1,1
|
132,25
|
122,8520816
|
121,5561504
|
15
|
Jantan
|
I0
|
Merah Bata
|
1,53
|
0,8
|
0,95
|
104,04
|
91,50491868
|
90,53965964
|
Rata-rata
|
1,605333
|
1,052667
|
1,22533
|
164,414
|
172,0399875
|
170,2251872
|
Petrnak
di Kelompok Ternak Bina Insan Dusun Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung
Sari, Kabupaten Lombok Barat adalah peternak yang bisa dikatakan beternak
dengan dengan tipe menghasilkan pedet sendiri sekaligus penggemukan sendiri,
sehingga rata-rata mereka memelihara sapi dengan jenis kelamin betina. Mereka
memanfaatkan Inseminasi Buatan (IB) untuk reproduksi ternaknya.
Jenis
sapi yang dipelihara dalam peternakan ini adalah jenis sapi bali, yang semua
sapinya bisa dikatakan berwarna merah bata sesuai dengan ciri sapi bali pada
umumnya.
Untuk
estimasi bobot badan sapi, kami menggunakan 3 rumus, yakni (Rumus
Schoorl Denmark), (Rumus Winter Eropa), (Rumus Winter Indonesia).
Untuk Rumus Schoorl Denmark dihitung dengan perhitungan sebagai
berikut :
BB = (LD + 22)2
100
Keterangan :
a) BB = Bobot Badan (kg)
b) LD = Lingkar Dada (cm)
c) Rumus ini hanya berlaku untuk sapi dewasa, sedangkan
untuk pedet rumus ini kurang tepat, karena faktor penambah 22 untuk lingkar
dada pada sapi yang sedang tumbuh terlalu besar.
Contoh:
Ada seekor sapi mempunyai lingkar dada 200 cm, maka
perkiraan bobot badan si sapi ini dapat kita hitung dengan rumus sebagai
berikut:
W=((200+22)2)/100
=492,84 Kg
Sehingga, perkiraan bobot si sapi ini yaitu 492,84
atau dibulatkan 493 Kg. Dikarenakan perbedaannya adalah 1,5–32,6%, jadi bobot
badan sapi sebenarnya berkisar antara 332,3 – 485,6Kg.
Untuk Winter Eropa berikut langkah-langkahnya :
BB = (LD)2 X (PB)
300
Keterangan :
a) BB = Bobot Badan (pounds);
b) LD = Lingkar Dada (inchi)
c) PB = Panjang Badan (inchi)
d) Rumus ini merupakan gabungan antara panjang badan dan
lingkar dada (Willianson dan Payne, 1986). Tingkat kesalahan rumus
ini dibandingkan dengan penimbangan berkisar 2-6% (Soenarjo, 1988).
Tabel 3. Tabel Berat Badan Sapi Bali
Berdasarkan Lingkar Dada
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
190
|
388
|
394
|
400
|
405
|
411
|
417
|
423
|
428
|
434
|
440
|
180
|
335
|
341
|
346
|
351
|
356
|
361
|
367
|
372
|
377
|
383
|
170
|
287
|
392
|
297
|
301
|
306
|
311
|
316
|
321
|
325
|
330
|
160
|
244
|
248
|
252
|
256
|
261
|
265
|
269
|
274
|
278
|
283
|
150
|
205
|
208
|
212
|
216
|
220
|
224
|
228
|
232
|
236
|
240
|
140
|
170
|
173
|
176
|
180
|
183
|
187
|
190
|
194
|
197
|
201
|
130
|
139
|
142
|
145
|
148
|
151
|
154
|
157
|
160
|
163
|
166
|
120
|
112
|
114
|
117
|
119
|
122
|
125
|
128
|
130
|
133
|
136
|
110
|
88
|
90
|
93
|
95
|
97
|
100
|
102
|
104
|
107
|
109
|
100
|
68
|
70
|
72
|
74
|
76
|
78
|
80
|
82
|
84
|
86
|
90
|
51
|
53
|
54
|
56
|
58
|
59
|
61
|
63
|
65
|
66
|
80
|
37
|
38
|
40
|
41
|
42
|
44
|
45
|
47
|
48
|
50
|
70
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
31
|
32
|
34
|
35
|
36
|
60
|
17
|
18
|
19
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
50
|
10
|
11
|
12
|
12
|
13
|
13
|
14
|
15
|
16
|
16
|
40
|
6
|
6
|
6
|
7
|
7
|
8
|
8
|
9
|
9
|
10
|
sumber : Balai Veteriner Lampung,
2014
Contohnya : Jika lingkar dada sapi berdasarkan hasil
pengukuran adalah 166 cm
adalah 269 kg. Caranya maka dilihat pada kolom vertikal paling kiri
angka 160 dan baris paling atas
pada angka 6 kemudian ditarik garis
penghubungnya maka akan didapatkan angka 269.
4.4. Manajmen Pakan
Tabel 4. Pemberian pakan
NAMA PETERNAK
|
BAHAN PAKAN
|
Jumlah Pakan (Kg/ekor/hari)
|
Asal Pakan
|
Pemberian
Garam
|
Pemberian pakan /hari
|
|||||||||
Rumput Lapangan
|
Legum
|
Limbah
|
Konsentrat
|
Anak
|
Muda
|
Dewasa
|
Beli
|
Tanam
|
Cari
|
Ya
|
Ya (kadang)
|
Tidak Pernah
|
||
Sumenah
|
+++
|
++
|
+++
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
||
Haridah
|
+++
|
++
|
+++
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
Mahrup
|
+++
|
++
|
+++
|
+
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Marzuki
|
+++
|
++
|
+++
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
Ruba'i
|
+++
|
++
|
+++
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
|
|
+++
|
:
Sangat sering
|
++
|
:
Sering
|
+
|
:
Jarang
|
|
:
Ya
|
|
:
Tidak
|
Perlu
kami sampaikan bahwa dalam pemberian pakan di Kelompok Ternak Bina Insan Dusun
Ranjok Baru, Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, ini
tidak menggunakan aturan atau tata laksana yang
jelas. Petrnak tidak memberikan dosis Pakan pada usia tertentu dengan
jumlah tertentu, melainkan hanya memberikan 1 karung per hari untuk 1 ekor
sapi, berapapun usia sapi tersebut, dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali
dalam sehari. Yakni pagi dan sore. Hasil wawancara kami, peternak juga sesekali
memberikan garam pada ternak mereka.
Untuk
jenis pakan yang diberikan, sesuai dengan tabel diatas, bahwa semua peternak
paling sering memberikan rumput lapangan dan limbah pertanian kepada ternak
mereka, disamping pemberian legum. Untuk pemberian konsentrat, bisa dikatakan sangat
jarang sekali, atau bisa dikatakan tidak pernah.
4.5. Manajmen Pemasaran/Analisis Ekonomi
Tabel 5. Analisa Ekonomi
Nama Petrnak
|
Jumlah Ternak
|
Asal Ternak
|
Penerimaan (X)
|
Pengeluaran (Y)
|
Total Pendapatan (X-Y)
|
|||||||
Jual Ternak (Rp)
|
Jual Kotoran
|
Ternak Kerja
|
Bakalan/Bibit
|
Pakan
|
Obat-obatan
|
IB
|
Listrik
|
Tenaga Kerja
|
||||
Sumenah
|
3
|
anakan
|
9.000.000
|
|
|
|
|
|
100.000
|
100.000
|
|
8.200.000
|
Haridah
|
2
|
Anakan
|
9.000.000
|
|
|
|
|
|
100.000
|
100.000
|
|
8.200.000
|
Mahrup
|
1
|
Anakan
|
9.000.000
|
|
|
|
|
|
100.000
|
100.000
|
|
8.200.000
|
Marzuki
|
2
|
Anakan
|
9.000.000
|
|
|
|
|
|
100.000
|
100.000
|
|
8.200.000
|
Ruba'i
|
2
|
anakan
|
9.000.000
|
|
|
|
|
|
100.000
|
100.000
|
|
8.200.000
|
Berdasarkan hasil wawancarakami
dengan para peternak di Kelompok Ternak Bina Insan Dusun Ranjok Baru, Desa
Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, bahwa peternak mengaku
rata-rata mereka menjual ternak mereka dengan harga Rp. 9.000.000 dan penjualan
itu tidak memiliki priode tertentu. Oleh sebab itu kami menyebutnya dalam 1
priode produksi. Satu priode produksi ini tidak memiliki jangka waktu yang
pasti, sehingga kita kesulitan jika harus menghitung penghasilan perbulan dari
peternak dari hasil penjualan hewan ternaknya. Satu priode produksi ini bisa
1-3 tahun, tergantung dari kebutuhan peternak. Peternak mengaku menjual
ternaknya jika mengalami keterdesakan ekonomi seperti untuk memenuhi kebutuhan
sekolah anak, menikah, dll.
Untuk hasil pendapatan bersih,
kami hitung dari hasil Penerimaan (X)
dikurangi pengeluaran (Y). Dimana penerimaan ini merupakan penjumalahan dari
hasil penjualan sapi, kotoran sapi, maupun upah sapi pekerja jika ada.
Sedangkan untuk pengeluaran merupakan penjumlahan dari biaya seperti biaya
pakan, obat-obatan, Inseminasi Buatan (IB), listrik, dll.
4.6. Kendala dan Cara Mengatasinya
Pada musim hujan biasanya ketersediaan rumput sebagai pakan ternak
sangat melimpah, namun pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas. Hal
ini membuat ternak mendapat pakan dalam jumlah banyak ketika musim hujan dan
kekurangan pada musim kemarau. Salah satu permasalahan lain yaitu ketika musim
panen tanaman pangan di sawah seperti
padi, jagung, dan kacang tanah. Limbah dari tanaman tersebut tidak bisa
dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak, sebagian besar dibuang/dibakar
(terutama jerami padi) karena tidak tidak habis digunakan sebagai pakan ternak.
Limbah pertanian ketersediaannya sangat melimpah pada musim panen,
tetapi kelemahan limbah pertanian sebagai pakan ternak adalah kurangnya
kandungan nutrisinya, palatabilitas rendah, kecernaan rendah dan protein
rendah. Salah satu cara menangani limbah pertanian ini agar dapat dijadikan
pakan alternative adalah dengan dibuat menjadi silase, tape jerami dan hay dari
limbah pertanian. Pemanfaatan jasa mikroba untuk mendegradasi serat kasar pada
limbah pertanian sangat diperlukan, serat kasar akan diubah menjadi senyawa
yang lebih sederhana oleh mikroba (starter). Selain itu, kandungan protein dari
limbah juga akan meningkat karena protein berasal dari protein tubuh mikroba
yang sudah mati.
Oleh karena itu, solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut
merupakan peran para akademisi, dosen, mahasiswa untuk memberikan penyuluhan
kepada peternak terkait tentang bagaimana cara mengolah limbah pertanian
menjadi pakan ternak yang bernutrisi tinggi.
Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan
produktivitas ternak, penanggulangan penyakit dan pengenalan jenis-jenis
penyakit penghambat pertumbuhan merupakan slah satu kendala yang terdapat pada
kelompok ini sehingga para peternak tidak sadar dengan adanya penyakit tersebut
dapat mengurangi produktivitas dan harga jual dari ternak yang dimiliki. Dokter
hewan merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi keluhan daripada peternak
tersebut sehingga segala penyakit tetap di tanggulangi dengan cepat, tetapi
keberadaaan dokter hewan sangat sedikit dan tidak bisa menjangkau tempat
kelompok ternak ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum Manajemen
Ternak Potong dan Kerja ini adalah :
1.
Tingkat pendidikan
peternak hanyalah lulusan Sekolah Dasar bahkan ada yang belum pernah mengenyam
pendidikan. Ini mengindikasikan bahwa dari segi Sumber Daya Manusia Kelompok
Ternak Bina Insan masih sangatlah jauh dari kata baik.
2. Tipe
perkandangan yang digunakan adalah tipe Individu, dimana masing-masing sapi
punya sekat tersendiri dan tempat pakan tersendiri. Adapun model kandangnya
adalah model kandang Permanen, dimana lantainya sudah di Pese, sekat antar sapinya
sudah menggunakan tembok dan atapnya sudah menggunkan Spandek dengan tiang dari
besi
3.
Sapi yang
dipelihara ditempat praktikum kami adalah sapi bali, dengan rata-rata bobot
badannya adalah 168,8931
4.
Pemberian pakan
diberikan 2 kali dalam sehari, dengan rumput lapangan, limbah pertanian dan
sedikit legum. Dalam sehari satu sapi diberi satu karung pakan. Tidak ada angka
pasti dalam pemberian pakan. Peternak belum mampu
mengelola dan memberikan pakan kepada ternaknya secara optimal, pakan diberikan
banyak kepada ternaknya ketika ketersediannya melimpah dan kekurangan saat
ketersediaannya terbatas.
5.
Tidak ada manajemen
yang pasti dalam manajmen penerimaan dan pengeluaran dalam usaha ternak ini.
6.
Hambatan utama yang
dihadapai peternak adalah :
a. Pengetahuan
tentang ilmu peternakan yang sangat terbatas
b. Tidak
mampu mengelola atau memanajemen pakan dengan baik
c. Penaganan
penyakit kurang
d. Cara
beternak atau sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional yakni menganut
sistem pemeliharaan secara intensif
5.2 Saran
Adapun saran
yang diberikan untuk praktikum kali ini adalah:
1.
Sebaiknya dalam
praktikum ini dibutuhkan Co.asst untuk membimbing
praktikan agar praktikum yang telah dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar.
2.
Sebaiknya praktikan
harus datang ke tempat praktikum tepat waktu agar praktikum bisa berjalan
efektif.
*****
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong.
Agromedia Pustaka : Jakarta
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan
Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat.
University Gadjah Mada Press :
Yogyakarta.
Daryanto 2007. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. Permata Wacana Lestari:
Jakarta
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian
Nasional Peternakan dan
Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In
Farm Animal : Philadelpia.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem.
Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya :
Jakarta.
Tomatala, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam
Pengembangan Usaha Sapi
Potong.Kasus Kabupaten Seram bagian
Barat Propinsi Maluku. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993.
Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.
Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar