( Gambar Hanya Pemanis ) |
“Kritik adalah bentuk cinta yang paling tinggi"
Tepat hari ini, 1 juni
sejak tahun 2001 bagi kalangan pemerhati kesehatan diperingati sebagai hari
susu sedunia atau World Milk Day. Hari Susu Sedunia merupakan hari perayaan
untuk memperingati pentingnya susu sebagai menu makanan global.
Mungkin bagi sebagian banyak kalangan, ini adalah hari perayaan yang
aneh, “susu kok dirayakan?”.wkwkk, “mending
minum kopi”. Yaa, bagi banyak orang susu hanyalah salah satu dari jenis
minuman yang dijual ditoko-toko, sama dengan minman yang lain, tapi bagi
masyarakat yang berkecimpung didunia peternakan, terlebih bagi Mahasiswa
Petrnakan, susu adalah minuman paling ‘teks
book’ yang nggak habis-habis untuk dibahas, baik dari segi senyawa yang
dikandungnya, teknologi-manajmen produksinya, teknologi pengolahannya, bahkan
sampai manajmen pemasaran dan distribusinya. Semua itu udah jadi makanan
sehari-sehari dibangku kuliah.
Omong Kosong Kampanye Minum Susu
“sebagai mahasiswa peternakan, kita harus
mengkampanyekan gerakan minum susu kepada masyarakat, karna susu adalah minuman
yang bla..bla...bla...”.
“dengan minum susu, kita telah berkontribusi
membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan wujud dari cita-cita
bangsa sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar. Selain itu kampanye minum
susu juga merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan para peternak
penghasil susu Indonesia”.
“bla....bla....bla....” dan masih banyak lagi kata-kata heroik dalam
ruang kelas yang sangat membosankan itu. BULSHIT !!. Bagaimana mungkin
mengkampanyekan minum susu, sedang tiap hari lauk di kost cuman ‘indomie-nasi putih’. Bagaikan mengajak
orang mencuci baju sedangkan baju sendiri pada kotor.
Daya Beli (Ekonomi) Masyarakat Lemah
Pertanyaan klise yang bahkan S3 Ekonomi Harvard-pun tidak bisa
menjawabnya. “bagaimana mungkin menyuruh
masyarakat meminum susu, sedang harga susu 1 liternya sama dengan harga beras?”.
“bagaimana mungkin menyuruh masyarakat minum
susu, sedang masih banyak masyarakat yang bahkan untuk makan esok hari saja
belum jelas?”.
Tentu bagi generasi saya, saat di sekolah dasar istilah ‘makanan 4 sehat-5
sempurna’ bukanlah suatu hal yang asing. Dari isitilah itu saja, kita sudah
bisa melihat bagaimana jauhnya masyarakat Indonesia dari minum susu.
Bagaimana tidak, dalam istilah makanan ‘4 Sehat-5 Sempurna’, ‘4 sehat’
diisi dengan berbagai kebutuhan pangan seperti beras hingga daging, sedangkan ‘5
Sempurna’ sebagai bentuk tertinggi dari kesempurnaan maknan hanya diisi oleh
susu. “kesempurnaan makanan hanyalah
milik susu seorang” wkwkwk
“eits,, jangan salah bro, sesuai dengan teori
ekonomi, tentunya setiap produk juga punya pasarnya tersendiri, begitu juga
dengan susu, jika dibanding dengan rokok, harga susu nggak jauh beda tuh, malah
harganya bersaing, padahal rokok dan susu ibarat bumi-langit, bagaikan
surga-neraka, tapi kenapa orang memilih membeli rokok”.
“itulah sekmen yang disasar oleh kampanye gerakan
minum susu ini bro, apalagi Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
konsumsi tembakau tertinggi di dunia, sebaliknya juga merupakan salah satu
negara dengan konsumsi susu yang sangat rendah”
Ah,, sudah lah gue bingung, terserah lah... otak gue ambyar !! wkwkwk...
Industrialisasi Peternakan
Tentu tak asing diingatan kita, saat Lembaga Perlindungan Konsumen
Indonesia menggugat para perusahaan ‘Susu
Kental Manis’ lantaran menggunkan istilah ‘Susu’ dalam produk yang dianggap tidak merepresentasikan susu dalam
produk tersebut, produk tersebut dianggap mengkapitalisasi kata ‘susu’ dalam istilah
‘susu kental manis’, karena dalam produk tersebut tidak ada ‘susunya’, melainkan hanya ‘gula dengan perasa susu’.
Bukan kasus itu sebenarnya yang ingin saya bahas, melainkan saya hanya
ingin menujukkan bagaimana recehnya percakapan bangsa ini tentang susu. Dibanding
membicarakan bagaimana masa depan produksi susu indonesia yang makin hari makin
menurun, justru yang naik dipermukaan adalah pembahasan receh yang menurut saya
tidak lebih penting dari permasalahn yang ingin kita bahs kali ini.
Bahkan menurut saya, pembahasan tentang pembangunan peternakan indonesia
secara umum jauh lebih penting dari hanya sekedar kampanye minum susu.
Rasa-rasanya saat ini, tidak ada platform yang jelas tentang pembangunan
peternakan indonesia secara umum, darimana kita mulai, sudah dalam tahap apa
kita, bagaiman langkah-langkah untuk mencapai peternakan indonesia yang
bedikari, rasanya-rasanya sulit sekali saya mendengarkan diskusi-diskusi dengan
tema ini. Kita lebih sering mewacanakan sesuatu yang absurd, daripada membahas
permasalahan yang ril ada didepan mata kita.
Kesulitan Mengambil Peran
Saat menonton film Rudy Habiebi, iri sekali rasanya melihat bagaimana
peran mahasiswa kala itu ketika merencanakan arah ekonomi bangsa, bahkan tak luput
dari pukul-pukulan karena kerasnya argumentasi yang terjadi diruang diskusi,
meski itu mungkin saja hnyalah sebuah dramatisasi didalam film, tapi tentu
kejadian sebenarnya tak akan jauh berbeda.
Iri rasanya melihat mereka berjuang sesuai bidang keilmuannya
masing-masing, yang nantinya akan menjadi arah pembangunan indonesia, sedangkan
kita hari ini seolah bagai tak peduli dengan semua itu.
Rasanya tak ada tempat lagi bagi kita untuk dunia peternakan indonesia
ini, bahkan hanya untuk menjadi ‘buah
bibir’pun tidak. Tak ada lagi yang menarik untuk dibahas dipetrnakan
Indonesia hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar