Senin, 01 Juni 2020

Dibalik Absurdnya Kampanye Minum Susu Ala Anak Peternakan

( Gambar Hanya Pemanis )


“Kritik adalah bentuk cinta yang paling tinggi"

Tepat hari ini, 1 juni sejak tahun 2001 bagi kalangan pemerhati kesehatan diperingati sebagai hari susu sedunia atau World Milk Day. Hari Susu Sedunia merupakan hari perayaan untuk memperingati pentingnya susu sebagai menu makanan global.

Mungkin bagi sebagian banyak kalangan, ini adalah hari perayaan yang aneh, “susu kok dirayakan?”.wkwkk, “mending minum kopi”. Yaa, bagi banyak orang susu hanyalah salah satu dari jenis minuman yang dijual ditoko-toko, sama dengan minman yang lain, tapi bagi masyarakat yang berkecimpung didunia peternakan, terlebih bagi Mahasiswa Petrnakan, susu adalah minuman paling ‘teks book’ yang nggak habis-habis untuk dibahas, baik dari segi senyawa yang dikandungnya, teknologi-manajmen produksinya, teknologi pengolahannya, bahkan sampai manajmen pemasaran dan distribusinya. Semua itu udah jadi makanan sehari-sehari dibangku kuliah.

Omong Kosong Kampanye Minum Susu

“sebagai mahasiswa peternakan, kita harus mengkampanyekan gerakan minum susu kepada masyarakat, karna susu adalah minuman yang bla..bla...bla...”.

“dengan minum susu, kita telah berkontribusi membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan wujud dari cita-cita bangsa sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar. Selain itu kampanye minum susu juga merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan para peternak penghasil susu  Indonesia”.

“bla....bla....bla....” dan masih banyak lagi kata-kata heroik dalam ruang kelas yang sangat membosankan itu. BULSHIT !!. Bagaimana mungkin mengkampanyekan minum susu, sedang tiap hari lauk di kost cuman ‘indomie-nasi putih’. Bagaikan mengajak orang mencuci baju sedangkan baju sendiri pada kotor.

Daya Beli (Ekonomi) Masyarakat Lemah

Pertanyaan klise yang bahkan S3 Ekonomi Harvard-pun tidak bisa menjawabnya. “bagaimana mungkin menyuruh masyarakat meminum susu, sedang harga susu 1 liternya sama dengan harga beras?”.

“bagaimana mungkin menyuruh masyarakat minum susu, sedang masih banyak masyarakat yang bahkan untuk makan esok hari saja belum jelas?”.

Tentu bagi generasi saya, saat di sekolah dasar istilah ‘makanan 4 sehat-5 sempurna’ bukanlah suatu hal yang asing. Dari isitilah itu saja, kita sudah bisa melihat bagaimana jauhnya masyarakat Indonesia dari minum susu.

Bagaimana tidak, dalam istilah makanan ‘4 Sehat-5 Sempurna’, ‘4 sehat’ diisi dengan berbagai kebutuhan pangan seperti beras hingga daging, sedangkan ‘5 Sempurna’ sebagai bentuk tertinggi dari kesempurnaan maknan hanya diisi oleh susu. “kesempurnaan makanan hanyalah milik susu seorang” wkwkwk

“eits,, jangan salah bro, sesuai dengan teori ekonomi, tentunya setiap produk juga punya pasarnya tersendiri, begitu juga dengan susu, jika dibanding dengan rokok, harga susu nggak jauh beda tuh, malah harganya bersaing, padahal rokok dan susu ibarat bumi-langit, bagaikan surga-neraka, tapi kenapa orang memilih membeli rokok”.

“itulah sekmen yang disasar oleh kampanye gerakan minum susu ini bro, apalagi Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat konsumsi tembakau tertinggi di dunia, sebaliknya juga merupakan salah satu negara dengan konsumsi susu yang sangat rendah”

Ah,, sudah lah gue bingung, terserah lah... otak gue ambyar !! wkwkwk...

Industrialisasi Peternakan

Tentu tak asing diingatan kita, saat Lembaga Perlindungan Konsumen Indonesia menggugat para perusahaan ‘Susu Kental Manis’ lantaran menggunkan istilah ‘Susu’ dalam produk yang dianggap tidak merepresentasikan susu dalam produk tersebut, produk tersebut dianggap mengkapitalisasi kata ‘susu’ dalam istilah ‘susu kental manis’, karena dalam produk tersebut tidak ada ‘susunya’, melainkan hanya ‘gula dengan perasa susu’.

Bukan kasus itu sebenarnya yang ingin saya bahas, melainkan saya hanya ingin menujukkan bagaimana recehnya percakapan bangsa ini tentang susu. Dibanding membicarakan bagaimana masa depan produksi susu indonesia yang makin hari makin menurun, justru yang naik dipermukaan adalah pembahasan receh yang menurut saya tidak lebih penting dari permasalahn yang ingin kita bahs kali ini.

Bahkan menurut saya, pembahasan tentang pembangunan peternakan indonesia secara umum jauh lebih penting dari hanya sekedar kampanye minum susu.

Rasa-rasanya saat ini, tidak ada platform yang jelas tentang pembangunan peternakan indonesia secara umum, darimana kita mulai, sudah dalam tahap apa kita, bagaiman langkah-langkah untuk mencapai peternakan indonesia yang bedikari, rasanya-rasanya sulit sekali saya mendengarkan diskusi-diskusi dengan tema ini. Kita lebih sering mewacanakan sesuatu yang absurd, daripada membahas permasalahan yang ril ada didepan mata kita.

Kesulitan Mengambil Peran

Saat menonton film Rudy Habiebi, iri sekali rasanya melihat bagaimana peran mahasiswa kala itu ketika merencanakan arah ekonomi bangsa, bahkan tak luput dari pukul-pukulan karena kerasnya argumentasi yang terjadi diruang diskusi, meski itu mungkin saja hnyalah sebuah dramatisasi didalam film, tapi tentu kejadian sebenarnya tak akan jauh berbeda.

Iri rasanya melihat mereka berjuang sesuai bidang keilmuannya masing-masing, yang nantinya akan menjadi arah pembangunan indonesia, sedangkan kita hari ini seolah bagai tak peduli dengan semua itu.

Rasanya tak ada tempat lagi bagi kita untuk dunia peternakan indonesia ini, bahkan hanya untuk menjadi ‘buah bibir’pun tidak. Tak ada lagi yang menarik untuk dibahas dipetrnakan Indonesia hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Populer

INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH

- INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran atau ITP adalah suatu gerakan di media social y...