Sabtu, 16 Mei 2020

Lingkaran Setan Tembakau

Jika kecap bangau bagitu nikmat karena dibuat dari kedelai hitam pilihan, dibesarkan bagai anak sendiri oleh petaninya, maka rasa-rasanya tidaklah telalu berlebihan kalo saya mengatakan satu bungkus rokok Surya Gudang Garam lebih nikmat dari kecap Bangau.

(foto hanya pemanis. ini foto saya ambil di sawah dekat rumah)
Bagaimana tidak, bagi para petani tembakau, tembakau udah lebih dari anak sendiri. Perawatan tetek-bengeknya dari pra-tanam sampai bisa terjual oleh petani sangatlah melelahkan. Dibanding dengan kita nanam padi, menanam tembakau bisa dibilang dua kali lebih ribet.

Mulai dari persiapan bibit, menyiapkan tanah sawah (dengan segala macam-macamnya), menabur jerami, penaman, dan seterusnya, dan seterusnya.

Tapi, bagi petani, menanam tembakau seolah udah jadi rutinitas tahunan, yang sulit ditinggalkan, ya,,, namanya juga udah masuk lingkaran setan.

Komuditas Pertanian Paling Mahal

Gimana  petani nggak tergoda, wong dibanding komuditas-komoditas pertanian lainnya, tembakau masih jadi yang paling mahal, walau perawatannya yang paling ribet, tapi mau gimana lagi?, jika musim kemarau sudah melanda, dan ketersediaan air terbatas, ya terpaksa harus nanem tembakau. Kalo mau nanam padi butuh banyak air, mau nanam jagung atau kacang tanah? Harganya murah banget. Ya terpaksa deh nanam tembakau.

Walaupun tembakau bagi sebagian orang dianggap sebagai tanaman pembuat mala petaka karena merupakan bahan dasar rokok, tapi bagi para petani, tembakau adalah penyambung hidup, boda amat dah sama dampak rokok, “kan kita cuman jual tembakaunya, bukan rokoknya?”. Celetuk bapak Jono, seorang petani tembakau di kampung ‘Wakanda’. Hehe

Barang Dagangan yang Paling Laris

Bagi para pedagang, rokok adalah barang dagangan yang paling lancar sirkulasi perputaran uangnya, kita nggak usah ambil contoh jauh-jauh deh. Di toko Ibu saya, omset rokok bisa dibilang jadi yang tertinggi setelah beras. Beda-beda tipis lah. Walaupun begitu, perputaran uang dirokok jauh lebih cepat. Kalo umpama beras satu ton dengan harga 9 juta, bisa habis laku berminggu-minggu. Tapi kalo rokok dengan harga yang sama, bisa habis kurang dari seminggu, maksimal seminggu udah beli lagi dah, kalo cuman 9 juta.

Walau margin keuntungannya bisa dibilang kecil, tapi saya jamin deh, kalo masalah laris dipasar jangan ditanya. Ambyar..

Makanya, kalo saya tanya “kenapa ibu selalu marah kalo liat bapak ngerkok, tapi tetep aja jualan rokok?”, ibu saya nggak pernah ngasih jawaban yang memuaskan, selalu jawabannya diplomatis. Walau hati kecilnya bilang benci sama rokok, tapi logika berkata malah sebaliknya.

Rokok Jadi Pengeluaran Terbesar Keluarga

BTW dalam keluarga saya, tema rokok ini sering kali jadi pembahasan yang selalu menarik dan panas. Walau saya bukan seorang perokok, dan satu-satunya perokok di keluarga kami adalah Bapak, tapi beliau selalu bisa memberi pembelaan kalo lagi dimarahin sama Ibu.

Yang menarik, kalo membahas rokok di lingkup rumah tangga/keluarga, ibu saya seolah bisa jadi orang yang berubah 180 derajat, jika dibanding dengan pembahasan rokok sebagai komoditas dagngan. Gimana nggak, Bapak saya adalah seorang perokok aktif dari dulu, sehari bisa habisin satu bungkus rokok Dunhil putih yang sekarang harga 26 ribu. Jika dibanding dengan harga beras yang 10 ribu perkilo, tentu ini udah 2,5 kali lipat lebih.

Ini baru dikeluarga saya aja lho ya, yang perokoknya cuman satu orang, belum lagi kalo misal perokok aktif di satu keluarga bisa dua, tiga atau lebih. Kan bisa ambyar..

Jadi sebagai Ibu rumah tangga yang baik, nggak salah kalo Ibu saya benci sekali sama rokok. Menarik kan?. Ibu saya jadi orang berkeperibadian ganda kalo lagi bahas rokok.

Perusahan Rokok Membantu Perekonomian Negara

Ini nih, pembahasan yang paling saya suka. Jika dibanding dengan perusahaan-perusahaan lainnya, perusahaan rokok adalah penyumbang pajak terbesar bagi negara, gimana nggak, mereka kan pajaknya nggak kayak perusahan lain, pakek cukai bro. Bukan kaleng-kaleng.

Selain itu, tentunya tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan rokok sangat banyak, perputaran ekonomi makro maupun mikro komoditas rokok ini sangat besar. Kalo rokok ini digoyang, bisa goyang ekonomi bangsa ini, hehehe.... (lu kira goyang tiktok).

Belum lagi kontribusi informal pabrik rokok sama kegiatan sosial, Djarum aja nih ya,, kalo nggak campur tangan di ‘perbulu tangkisan indonesia’ mungkin bulu tangkis indonesia nggak semaju sekarang. (kita anggap maju lah ya,, dibanding sama sepak bola). Ini cuman bulu tangkis aja ya, belum yang lain-lain.

Dampak Rokok Bagi Kesehatan

Kalo bahas yang ini, kayaknya udah ngebosenin lah ya?, boring tau. Mulai dari menteri kesehatan, dokter, perawat, sampe ibu-ibu rumah tangga yang suaminya perokok udah berbusa-busa ngomongin masalah ini, kita nggak perlu bahas lah ya, tinggal baca sendiri di kemasan rokoknya.

Tapi bagi para perokok, boda amat dah, “ngerokok mati, nggak ngerokok mati, lebih baik ngerokok sampai mati”.  Kayak  gitu tuh, kata-kata yang familiar kita denger dari para perokok,

“kalo kita nggak beli rokok, ntar karyawan perusahaan rokok jadi pengangguran, mau luh nanggung biaya hidupnya?, mau luh nyariin dia kerja?, wong sekarang cari kerja aja susahnya setengah mati, jangan nambah-nambah masalah deh lu!”.

“kalo kita nggak beli rokok, berapa distributor yang gulung tikar, pedagang-pedagang kecil gimana?, lu mau nanggung hidup mereka?”

“Para petani tembakau gimana?, asal lu tau, mayoritas penduduk indonesia itu berprofesi sebagai petani, dan sebagian diantaranya adalah petani tembakau, katanya mau bela petani, malah kalo lu suruh kita berhenti merokok, yang ada lu membuat mereka rugi!”.

“masalah kesehatan?. Bodo amat lah, kan kita juga udah bayar pajak. Di 2019 aja pajak rokok sampai 88,9 T, itu baru pajaknya aja loh ya, belum yang lain-lain. Jadi nggak usah sok suci deh lo, sok-sok peduli sama kesehatan gue, tubuh, tubuh gue”. Kan kalo udah kayak gini ambyar.

Lingkaran Setan

Namanya juga lingkaran setan, nggak bakal ada ujungnya. Bisa aja kita bilang “suruh petani tanam komoditas lain aja, suruh pekerja di pabrik rokok kerja yang lain aja, suruh penjual rokok, jual barang yang lain aja”. Nggak semudah itu ferguso !!!.

Kalo bisa kayak gitu mah, pasti udah dilakuin dari dulu sama pemerintah, atau gimana kalo kita suruh ganti tembakau pakai ganja aja, kan katanya ganja lebih sehat dari tembakau. (Ini cuman becanda lho ya, janagan dilaporin ke BNN).

Masalah ‘per-rokok-an indonesia’  nggak semudah move on saat ditinggal pas lagi sayang-sayangnya bro.. (walau nggak mudah sih). Tapi, masih lebih rumit masalah rokok ini bro. Antar variabel, udah saling berkaitan erat satu sama lain, dan nggak bisa dipisahain, kayak lu sama doi, iyya, lu. Hehe

Jadi, solusinya adalah.... eh,, kok saya bahas solusi sih, itu kan bukan urusan saya, saya juga bukan siapa-siapa. Belum tentu juga solusi dari saya ini bener. Wkwkwk. Ambyar.. !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Populer

INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH

- INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran atau ITP adalah suatu gerakan di media social y...