SULITNYA
DISIPLIN - Asslamualaikum.
Mempertahankan
gelar juara, lebih sulit dari merebutnya, itulah ungkapan media-media penyiar
berita untuk menggambarkan keadaan tim nasional jerman usai Piala Dunia Rusia
2018 beberapa waktu yang lalu. Semua itu seolah mengusik imajinasi kita untuk menghayalkan
suatu kata, yang mudah diucapkam tapi sulit untuk direalisasikan. “DISIPLIN”,
atau yang dalam hal keumuman katanya disebut “konsisten”, atau yang dalam
bahasa arabnya disebut “istiqomah” memang adalah suatu kata yang umum kita
dengar, dan sangat mudah untuk dilafaskan dengan lidah. Namun dalam realisasi
atau pelaksanaanyna merupakan suatu hal yang sangat sulit.
sumber : https://news.okezone.com/read/2016/11/18/65/1544900/3-alasan-pentingnya-disiplin-dalam-bekerja |
Dan
dihari kedua masuk kuliah aku punya cerita tentang hal ini, jauh-jauh hari aku
sudah merencanakan, bagaimana nanti kegiatanku
dalam mengarungi jalan hidup sebagai anak kuliahan. Aku perlahan mulai
mencoba untuk beradaptasi dengan kehidupan perkotaan yang agak jauh berbeda
dengan kehidupanku yang delapan belas tahun hidup dalam lingkungan pedesaan,
meski desa asalku tidak terlalu terpencil, namun aku merasa kehidupan disana
jauh berbeda dengan kehidupan diperkotaan.
***
Di
rumah, aku tinggal bersama keluarga, memasak adalah kegiatan rutin ibuku, soal
mengurus rumah, memang aku sudah terbiasa dari dulu. Seperti menyapu rumah
ataupun menyapu halaman, mengepel, mencuci baju, ataupun yang lainnya.soal itu
aku sudah terbiasa dari dulu. Tapi kalo soal memasak, aku sangat belum
terbiasa. Sehingga kalau dipersentasekan kemampuanku untuk terjun langsung di
dapur, mungkin dari nilai seratus aku masih diangka dua puluh. Memasak air,
memasak nasi dengan rice cooker, menggoreng
atau merebus telur, memasak mie instan, iya memang bisa dihitung dengan jari.
Apalagi
akhir-akhir ini keadaan Lombok yang masih belum stabil setelah gempa, rumahku
menjadi posko pengungsian bagi korban terdampak gempa. Meski yang mengungsi
dirumah hanya sanak saudara, namun itu cukup untuk merubah istilah rumahku
menjadi posko bencana. Hehe.
Anehnya,
kedaan tersebut bukannya menambah semanagatku dalam mengerjakan sesuatu, justru
membuatku semakin malas. Bagaimana tidak, salah seorang keluaraga membawa mesin
cucinya kerumah, sehingga aku jadi tambah malas untuk mencuci. Menyapu yang
semuala menjadi tugasku dirumah setelah banyak orang dirumah, justru semuanya
sekarang dikerjakan oleh keluarga yang lainnya. Iya dirumah kegitannya hanya
makan tidur, kalau sore pergi main bola di lapanagan pinggir sungai.
***
Aku
sudah merencanakan untuk nanti saat aku sudah mulai kuliah, aku ingin sholat
lima waktu selalu berjamaah di mesjid komplek rumah, aku ingin setiap pagi,
setidaknya aku menyempatkan diri untuk berolah raga, bahkan aku sempat berjanji
pada diriku sendiri untuk berubah setelah nanti aku mulai masuk kuliah. Tapi
faktanya hanya beberapa hari berlalu, aku mulai mengabaikan janjiku, bukannya
menepeatinya malah seringku tambah malas.
Sekian
dulu ceritaku hari ini, semoga menghibur. Aku memang agak kesulitan menutup
artikelku. Terkadang aku ingin lanjut, tapi keadaan dan urusan belum menemui
titik temu, dan aku juga sering bingingung, dengan paragraph yang bagaimana aku
akan menutup kisah ini. Terimakasih.
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar