Kamis, 04 Oktober 2018

SULITNYA DISIPLIN



SULITNYA DISIPLIN - Asslamualaikum.
Mempertahankan gelar juara, lebih sulit dari merebutnya, itulah ungkapan media-media penyiar berita untuk menggambarkan keadaan tim nasional jerman usai Piala Dunia Rusia 2018 beberapa waktu yang lalu. Semua itu seolah mengusik imajinasi kita untuk menghayalkan suatu kata, yang mudah diucapkam tapi sulit untuk direalisasikan. “DISIPLIN”, atau yang dalam hal keumuman katanya disebut “konsisten”, atau yang dalam bahasa arabnya disebut “istiqomah” memang adalah suatu kata yang umum kita dengar, dan sangat mudah untuk dilafaskan dengan lidah. Namun dalam realisasi atau pelaksanaanyna merupakan suatu hal yang sangat sulit.
sumber : https://news.okezone.com/read/2016/11/18/65/1544900/3-alasan-pentingnya-disiplin-dalam-bekerja

Dan dihari kedua masuk kuliah aku punya cerita tentang hal ini, jauh-jauh hari aku sudah merencanakan, bagaimana nanti kegiatanku  dalam mengarungi jalan hidup sebagai anak kuliahan. Aku perlahan mulai mencoba untuk beradaptasi dengan kehidupan perkotaan yang agak jauh berbeda dengan kehidupanku yang delapan belas tahun hidup dalam lingkungan pedesaan, meski desa asalku tidak terlalu terpencil, namun aku merasa kehidupan disana jauh berbeda dengan kehidupan diperkotaan.
***
Di rumah, aku tinggal bersama keluarga, memasak adalah kegiatan rutin ibuku, soal mengurus rumah, memang aku sudah terbiasa dari dulu. Seperti menyapu rumah ataupun menyapu halaman, mengepel, mencuci baju, ataupun yang lainnya.soal itu aku sudah terbiasa dari dulu. Tapi kalo soal memasak, aku sangat belum terbiasa. Sehingga kalau dipersentasekan kemampuanku untuk terjun langsung di dapur, mungkin dari nilai seratus aku masih diangka dua puluh. Memasak air, memasak nasi dengan rice cooker, menggoreng atau merebus telur, memasak mie instan, iya memang bisa dihitung dengan jari.
Apalagi akhir-akhir ini keadaan Lombok yang masih belum stabil setelah gempa, rumahku menjadi posko pengungsian bagi korban terdampak gempa. Meski yang mengungsi dirumah hanya sanak saudara, namun itu cukup untuk merubah istilah rumahku menjadi posko bencana. Hehe.
Anehnya, kedaan tersebut bukannya menambah semanagatku dalam mengerjakan sesuatu, justru membuatku semakin malas. Bagaimana tidak, salah seorang keluaraga membawa mesin cucinya kerumah, sehingga aku jadi tambah malas untuk mencuci. Menyapu yang semuala menjadi tugasku dirumah setelah banyak orang dirumah, justru semuanya sekarang dikerjakan oleh keluarga yang lainnya. Iya dirumah kegitannya hanya makan tidur, kalau sore pergi main bola di lapanagan pinggir sungai.
***
Aku sudah merencanakan untuk nanti saat aku sudah mulai kuliah, aku ingin sholat lima waktu selalu berjamaah di mesjid komplek rumah, aku ingin setiap pagi, setidaknya aku menyempatkan diri untuk berolah raga, bahkan aku sempat berjanji pada diriku sendiri untuk berubah setelah nanti aku mulai masuk kuliah. Tapi faktanya hanya beberapa hari berlalu, aku mulai mengabaikan janjiku, bukannya menepeatinya malah seringku tambah malas.
Sekian dulu ceritaku hari ini, semoga menghibur. Aku memang agak kesulitan menutup artikelku. Terkadang aku ingin lanjut, tapi keadaan dan urusan belum menemui titik temu, dan aku juga sering bingingung, dengan paragraph yang bagaimana aku akan menutup kisah ini. Terimakasih.
Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Populer

INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH

- INDONESIA TANPA PACARAN, GERAKAN PEMERSATU AKTIVIS DAKWAH Gerakan #IndonesiaTanpaPacaran atau ITP adalah suatu gerakan di media social y...